Emil Audero Tanggapi Kondisi Dalam Negeri: “Kita Bisa Lebih Bersatu dari Sebelumnya”

Emil Audero Tanggapi Kondisi Dalam Negeri: “Kita Bisa Lebih Bersatu dari Sebelumnya”

Di balik ketenangannya menjaga gawang, Emil Audero ternyata juga menyimpan

kepedulian mendalam terhadap tanah air. Penjaga gawang Inter Milan itu baru-baru ini

memberikan pandangan soal kondisi Indonesia. Meski lebih banyak berkarier di Eropa,

Emil mengaku selalu mengikuti perkembangan berita dalam negeri, terutama tentang dinamika

sosial yang belakangan mencuri perhatian publik.

Dari Mataram ke Milan, Rindu Selalu Ada

Lahir di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Emil memang sejak kecil merintis karier sepak bola di Italia.

Namun darah Indonesia yang mengalir dalam dirinya membuat ia tak pernah benar-benar jauh dari tanah air.

Saat ditanya mengenai pandangannya tentang Indonesia hari ini,

Emil tidak ragu menyampaikan harapan yang penuh optimisme.

“Saya percaya, dalam setiap kesulitan selalu ada peluang untuk kita lebih bersatu.

Indonesia sudah sering melewati masa-masa sulit,

tapi semangat gotong royong dan rasa cinta tanah air selalu membuat kita bangkit lagi,

” ucap Emil dengan nada mantap.

Optimisme di Tengah Tantangan

Bagi Emil, situasi apa pun — baik itu soal ekonomi, politik,

atau dinamika sosial — tidak seharusnya memecah belah bangsa. Justru sebaliknya,

setiap tantangan bisa menjadi momentum untuk memperkuat persaudaraan.

Ia mengingatkan bahwa Indonesia dibangun di atas keberagaman.

Perbedaan, yang kadang dianggap sebagai hambatan, seharusnya bisa menjadi kekuatan.

“Kalau kita melihat sejarah, bangsa ini berdiri karena rasa persatuan yang besar.

Jadi sudah waktunya kita kembali menghidupkan semangat itu,

apalagi di tengah kondisi sekarang,” tambahnya.

Generasi Muda Sebagai Penentu

Emil juga menyoroti peran anak muda. Menurutnya, generasi milenial

dan Gen Z punya peranan besar dalam menentukan arah bangsa.

Bukan hanya lewat karya dan kreativitas, tapi juga lewat sikap di keseharian.

“Anak muda Indonesia punya energi luar biasa. Kalau energi itu diarahkan untuk hal-hal positif,

saya yakin negeri ini bisa lebih solid dan maju. Jangan mudah terpecah hanya

karena perbedaan kecil atau perdebatan di media sosial,” ujar kiper 27 tahun itu.

Baginya, perbedaan pendapat adalah hal wajar. Namun,

menjaga sikap saling menghargai lebih penting ketimbang memaksakan kehendak.

Menjaga Identitas, Mengangkat Positif

Di sela kesibukannya membela Inter Milan, Emil mengaku selalu berusaha mengikuti kabar dari Indonesia.

Ia menilai masih banyak cerita positif yang sebenarnya bisa dibanggakan,

mulai dari prestasi olahraga, budaya, hingga inovasi anak bangsa.

“Kadang kita terlalu fokus pada hal-hal negatif, padahal ada banyak prestasi dan kemajuan yang dicapai. Kalau fokus kita diarahkan ke hal-hal baik itu, saya rasa semangat persatuan akan lebih kuat,” ungkapnya.

Pesan untuk Indonesia

Sebagai sosok yang kini menjadi bagian dari timnas Indonesia, Emil merasa punya tanggung jawab moral.

Baginya, membela Merah Putih bukan hanya soal bertanding di lapangan,

tetapi juga bagaimana ikut menyuarakan semangat positif untuk masyarakat.

“Saya optimistis kita bisa lebih bersatu dari sebelumnya.

Kalau kita kompak, tidak ada yang tidak mungkin untuk Indonesia.

Baik di sepak bola maupun kehidupan sehari-hari, kekompakan itu kunci,” pungkas Emil.

Lebih dari Sekadar Sepak Bola

Pernyataan Emil memberi gambaran bahwa peran seorang atlet tidak berhenti di lapangan hijau.

Lewat pengaruh dan ketenarannya, Emil berusaha menyampaikan pesan sederhana: persatuan adalah

modal terbesar bangsa.

Di tengah berbagai isu yang kadang memecah belah, suara dari seorang anak bangsa

yang berkiprah di luar negeri bisa menjadi pengingat. Bahwa meski jarak memisahkan,

rasa cinta dan harapan untuk Indonesia selalu hidup — bahkan di hati seorang penjaga gawang

yang sedang meniti karier di Eropa.

Mau saya bikin versi ini lebih bernuansa human interest (banyak cerita personal Emil,

perjalanan hidupnya, dan kaitan dengan rasa nasionalisme), atau cukup fokus ke isu persatuan

dan kondisi Indonesia saja?

By Debora