Pemain Andalan Timnas Indonesia Dean James dan Musuh Besarnya Bernama Bangun Pagi

Pemain Andalan Timnas Indonesia Dean James dan Musuh Besarnya Bernama Bangun Pagi

Di atas lapangan hijau, nama Dean James selalu identik dengan energi dan kecepatan.

Pemain muda andalan timnas Indonesia itu kerap menjadi sosok yang diandalkan ketika skuad

Garuda menghadapi lawan berat. Tegas, berani duel, dan punya naluri bertahan yang

kuat—itulah citra Dean di mata publik.

Namun, di balik performanya yang menjanjikan, ada satu cerita unik yang

membuatnya berbeda dari kebanyakan pemain profesional lain.

Musuh terbesarnya bukanlah striker kelas dunia, bukan pula tekanan ribuan suporter di stadion.

Musuh itu justru hadir setiap pagi, di kamar tidurnya sendiri. Namanya: bangun pagi.

Duel Sulit Lawan Alarm

Dean sendiri yang mengakui bahwa bangun pagi adalah kelemahannya.

Saat teman-temannya sudah terbiasa disiplin membuka mata pukul enam pagi untuk latihan,

Dean sering kali masih ingin melanjutkan mimpi indahnya.

“Kalau harus duel dengan striker lawan, saya siap seratus persen.

Tapi kalau harus duel dengan alarm jam enam pagi, kadang saya kalah juga. Rasanya berat sekali,”

ujar Dean sambil tersenyum malu.

Kebiasaannya ini bahkan sempat jadi candaan di kalangan tim.

Ada cerita ketika pelatih sampai mengutus staf untuk mengetuk pintu kamarnya berkali-kali.

Rekan setimnya pun sering melontarkan lelucon: “Dean itu jago ngejaga lawan,

tapi kalau lawannya alarm, dia kebobolan terus.”

Pentingnya Disiplin di Luar Lapangan

Bagi pemain profesional, menjaga performa bukan hanya soal latihan keras atau strategi di lapangan.

Gaya hidup sehari-hari, mulai dari pola makan hingga pola tidur, menjadi faktor penting.

Dean pun sadar bahwa musuh besarnya itu tidak bisa dibiarkan terlalu lama.

“Saya belajar tidur lebih cepat, supaya bisa bangun pagi dengan segar.

Kalau tidak, badan jadi berat di latihan. Pelatih juga selalu tekankan disiplin,

jadi mau tidak mau saya harus lawan rasa malas itu,” ungkapnya.

Lambat laun, Dean mulai terbiasa. Ia belajar membangun rutinitas baru,

tidur tepat waktu, dan menyambut pagi dengan lebih semangat. Baginya,

kebiasaan sederhana ini ternyata punya pengaruh besar terhadap kondisi fisiknya di lapangan.

Dari Bercandaan Jadi Penyemangat

Meski sempat jadi kelemahan, cerita tentang sulitnya bangun pagi membuat

suasana di timnas semakin cair. Para pemain lain kerap menjadikan Dean sebagai bahan gurauan,

terutama saat sesi sarapan. Namun, candaan itu tidak membuatnya tersinggung—justru sebaliknya.

“Kalau teman-teman bercanda, saya malah semangat. Rasanya seperti keluarga.

Saya jadi merasa ada yang peduli, sekaligus ada yang mengingatkan untuk lebih disiplin,

” kata pemain berdarah Inggris-Indonesia itu.

Dari situlah Dean belajar bahwa dukungan tim bukan hanya soal operan di lapangan,

tetapi juga hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar dari Kelemahan

Setiap pemain besar punya cerita di balik layar. Ada yang harus melawan cedera,

ada yang harus menahan tekanan mental, dan ada pula yang, seperti Dean,

harus berjuang melawan rasa malas bangun pagi.

Namun, justru dari kelemahan itu muncul motivasi baru.

Dean menyadari bahwa konsistensi dalam hal kecil adalah kunci untuk meraih sesuatu yang besar.

“Bangun pagi mungkin sepele buat orang lain. Tapi buat saya, itu jadi pengingat.

Kalau bisa mengalahkan diri sendiri, lawan di lapangan rasanya lebih mudah dihadapi,” tegasnya.

Musuh yang Kini Jadi Sahabat

Kini, Dean mengaku sudah lebih berdamai dengan “musuh besarnya.

” Alarm pagi tak lagi menjadi momok, meski sesekali ia masih tergoda menekan tombol snooze.

Baginya, cerita tentang bangun pagi bukan sekadar kisah lucu untuk dibagikan ke publik.

Itu adalah bagian dari perjalanannya menjadi pemain profesional,

bukti bahwa seorang atlet pun tetap manusia biasa dengan kelemahan uniknya masing-masing.

Dan seperti halnya menghadapi lawan di lapangan, Dean tahu bahwa musuh

yang bernama bangun pagi hanya bisa dikalahkan dengan satu hal: konsistensi.

By Debora