Jerman Juara EuroBasket 2025: Ketika Generasi Emas Menutup Kisah dengan Gelar Bersejarah

Jerman Juara EuroBasket

Di Arena Riga, Latvia, pada malam 14 September 2025, sejarah basket Eropa kembali ditulis. Lampu sorot, ribuan suporter yang berdiri tak tenang,

dan detik-detik akhir yang membuat jantung berhenti sejenak. Di sanalah, Jerman akhirnya mengangkat trofi EuroBasket untuk kedua kalinya dalam sejarah mereka,

setelah menundukkan Turki dengan skor 88–83 dalam final yang menegangkan hingga peluit akhir berbunyi.

Suasana di arena bergemuruh. Fans Jerman bersorak, sebagian masih tak percaya. Mereka tahu kemenangan ini bukan sekadar soal angka di papan skor,

melainkan hasil dari sebuah perjalanan panjang — perjalanan generasi emas basket Jerman yang sejak 2023 telah menempatkan negara ini sebagai kekuatan baru dunia.

Perjalanan Menuju Puncak

Turnamen EuroBasket 2025 menghadirkan banyak drama. Dengan empat negara tuan rumah — Latvia, Polandia, Finlandia,

dan Siprus — atmosfer sejak awal terasa meriah sekaligus penuh tekanan. Jerman datang bukan lagi sebagai “kuda hitam” seperti dulu,

melainkan juara dunia 2023 dan salah satu favorit kuat.

Sejak babak grup, mereka menunjukkan stabilitas luar biasa. Sempat menghadapi perlawanan ketat dari tim-tim Eropa Timur, Jerman tetap bisa menjaga keseimbangan.

Pertahanan solid dan rotasi yang matang dari pelatih Gordon Herbert memastikan mereka terus melaju.

Di semifinal, ujian sesungguhnya datang melawan Finlandia. Namun Franz Wagner tampil gemilang, memimpin Jerman menang 98–86 dan memastikan tiket final.

Final: Pertarungan Dua Negara Haus Gelar

Turki, lawan mereka di final, datang dengan semangat tinggi. Tim ini belum pernah juara EuroBasket, dan bagi publik Turki, inilah kesempatan emas.

Arena Riga penuh warna merah-putih dari suporter Turki yang berisik dan penuh energi.

Pertandingan berjalan ketat sejak awal. Skor silih berganti — 15 kali pergantian keunggulan, 11 kali kedudukan imbang. Setiap kali Jerman mencoba menjauh,

Turki merespons dengan agresifitas tinggi. Alperen Şengün dan Cedi Osman menjadi motor serangan Turki, membuat Jerman tak bisa bernafas lega.

Namun, di momen-momen krusial kuarter keempat, nama-nama yang sudah akrab di telinga publik kembali jadi pembeda. Dennis Schröder,

kapten sekaligus pemimpin tim, mengambil alih. Dalam waktu kurang dari dua menit, ia mencetak layup, sebuah jumper, dan dua free throw yang nyaris menutup pertandingan.

Tak hanya Schröder, ada juga Isaac Bonga. Forward muda ini tampil berani: mencetak 20 poin, termasuk tembakan tiga angka penting dan sebuah dunk yang membangkitkan semangat tim. Tak heran ia akhirnya dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Final.

Air Mata, Senyum, dan Sejarah

Ketika buzzer berbunyi, pemain-pemain Jerman saling berpelukan. Beberapa meneteskan air mata. Schröder, yang sepanjang kariernya kerap dianggap

hanya bintang NBA kelas menengah, kini berdiri sebagai legenda basket Jerman.

“Kami bekerja keras untuk momen ini. Dari generasi ke generasi, kami membangun, dan malam ini semuanya terbayar,” ujar Schröder dalam wawancara pasca-pertandingan.

Ia juga dinobatkan sebagai MVP turnamen, melengkapi perjalanan panjangnya bersama timnas.

Untuk Jerman, ini adalah gelar EuroBasket kedua setelah penantian panjang sejak 1993, ketika tim dipimpin oleh Detlef Schrempf. Kini,

32 tahun kemudian, generasi Schröder, Wagner bersaudara, dan Bonga menulis bab baru yang akan dikenang selamanya.

Dampak Lebih Besar

Kemenangan ini bukan hanya soal trofi. Basket di Jerman sedang memasuki masa keemasan. Setelah Piala Dunia 2023, gelar EuroBasket 2025 menegaskan

posisi mereka sebagai salah satu kekuatan terbesar bola basket global, sejajar dengan Spanyol, Prancis, atau bahkan Amerika Serikat.

Di tingkat domestik, Bundesliga Basket (BBL) diprediksi akan mendapat lebih banyak sorotan, sponsor, dan investasi.

Generasi muda di seluruh negeri akan semakin terinspirasi untuk memegang bola basket, bermimpi menjadi Schröder atau Wagner berikutnya.

Bagi Turki, Sebuah Awal

Meski kalah, perjalanan Turki di turnamen ini juga layak diacungi jempol. Setelah dua dekade lebih menunggu, mereka kembali ke final EuroBasket.

Alperen Şengün tampil sebagai salah satu bintang turnamen, memperlihatkan bahwa Turki memiliki masa depan cerah.

Kekalahan ini memang menyakitkan, tetapi bagi basket Turki, ini bisa menjadi fondasi untuk generasi berikutnya.

By Debora