FIBA U-16 Women’s Asia Cup 2025: Indonesia Tak di Divisi A, Tapi Harapan Tetap Menyala

FIBA U-16 Women’s Asia Cup 2025: Indonesia Tak di Divisi A, Tapi Harapan Tetap Menyala

Sorak-sorai penonton memenuhi stadion kecil di Seremban, Malaysia. Di tepi lapangan, sekelompok gadis belia berseragam merah-putih berdiri berbaris,

mata mereka berbinar-binar meski kelelahan jelas terpampang di wajah. Mereka baru saja mengalahkan Hong Kong 51–30 untuk merebut medali perunggu

Divisi B FIBA U-16 Women’s Asia Cup 2025. Namun di balik senyum itu, terselip kenyataan pahit: Indonesia belum berhasil naik ke Divisi A, kasta tertinggi basket putri usia muda Asia.

Jejak Panjang Menuju Malaysia

Perjalanan menuju turnamen ini bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba. Pada Mei lalu, tim ini mengawali langkahnya di SEABA Qualifiers di Hanoi, Vietnam.

Mereka menghadapi Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Singapura — dan keluar sebagai juara kualifikasi dengan rekor tak terkalahkan.

Di saat itu, euforia mulai terbangun. Anak-anak muda ini, sebagian besar baru pertama kali merasakan atmosfer internasional, bermain dengan penuh semangat.

Mereka berlari, berteriak, dan tertawa lepas usai memastikan tiket ke Divisi B FIBA U-16 Women’s Asia Cup. Di sana, mimpi promosi ke Divisi A mulai terasa mungkin.

Semifinal: Pertandingan yang Menentukan

Namun mimpi itu harus melewati dinding besar bernama India. Di semifinal Divisi B, Indonesia tampil berani. Bahkan sempat unggul di kuarter ketiga.

Sorak “Indonesia! Indonesia!” menggema dari bangku penonton yang diisi keluarga, ofisial, hingga diaspora.

Sayangnya, di kuarter terakhir, pengalaman India bicara. Tembakan demi tembakan mereka masuk dengan tenang, sementara Indonesia mulai kehilangan akurasi.

Skor akhir 53–65 membuat langkah Indonesia terhenti di semifinal. Dan dengan itu, tiket ke Divisi A melayang, karena hanya juara Divisi B yang berhak promosi.

Bagi pemain muda, kekalahan itu berat. Beberapa meneteskan air mata, pelatih menenangkan dengan tepukan di bahu. Tetapi hari belum usai. Masih ada perebutan medali perunggu.

Bangkit untuk Perunggu

Dalam perebutan tempat ketiga melawan Hong Kong, Indonesia bermain dengan energi baru. Seolah ingin membuktikan bahwa mereka pantas dihormati, meski gagal promosi.

Pertahanan ketat dan serangan cepat membawa mereka menang telak 51–30.

Di akhir laga, pelatih Marlina Herawan memeluk satu per satu anak didiknya. Beberapa pemain tersenyum lebar, sebagian lagi masih termenung, antara bangga dan kecewa.

Medali perunggu menjadi sejarah baru: Indonesia finis ketiga Divisi B, hasil terbaik setelah sebelumnya hanya menduduki peringkat tujuh.

Lebih dari Sekadar Skor

Hasil ini tentu meninggalkan rasa pahit. Tidak berada di Divisi A berarti Indonesia belum bisa bersaing langsung dengan kekuatan Asia seperti China, Jepang, Korea, atau Australia.

Namun ada hal lain yang tak kalah penting: proses belajar.

  • Teknikal: Indonesia harus meningkatkan akurasi tembakan, terutama di momen-momen krusial.

  • Fisik: Lawan seperti India memperlihatkan betapa pentingnya stamina dan kekuatan fisik.

  • Mental: Menghadapi tekanan di semifinal menunjukkan bahwa mentalitas adalah faktor pembeda di level internasional.

Wakil Ketua Umum Perbasi, Christopher Tanuwidjaja, menyebut capaian ini sebagai sejarah. “Tiga tahun lalu kita ada di peringkat 7, sekarang bisa naik ke peringkat 3. Ini langkah maju,” ujarnya.

Suara dari Lapangan

Bagi para pemain, pengalaman ini meninggalkan kesan mendalam. Seorang pemain muda, dengan senyum malu-malu, berkata kepada media,

“Awalnya saya gugup sekali, tapi lama-lama mulai terbiasa. Ternyata lawan bisa dikalahkan kalau kita percaya diri.”

Orang tua yang datang langsung ke Malaysia pun mengungkapkan rasa bangga. Meski hasil belum sempurna, mereka melihat anak-anak mereka tumbuh: tidak hanya sebagai pemain basket,

tapi juga sebagai pribadi yang belajar dari tekanan, kegagalan, dan keberhasilan kecil.

Apa Artinya untuk Masa Depan

Tidak berada di Divisi A bukan berarti jalan buntu. Sebaliknya, ini jadi momentum penting:

  1. Refleksi Sistem Pembinaan
    Pengembangan basket putri usia muda harus lebih serius. Dari klub lokal, sekolah, hingga akademi, harus ada kesinambungan agar talenta tidak terhenti di satu generasi.

  2. Lebih Banyak Eksposur Internasional
    Lawan kuat memberi pelajaran berharga. Uji coba ke luar negeri, turnamen mini, atau latihan bersama tim Asia lainnya bisa membantu memperkaya pengalaman.

  3. Investasi Jangka Panjang
    Usia 16 hanyalah awal. Dari tim ini, bisa lahir calon-calon pilar Timnas senior yang akan mengharumkan nama Indonesia di panggung Asia, bahkan dunia.

Api yang Tak Pernah Padam

Ketika lampu stadion Seremban perlahan padam usai upacara penyerahan medali, para pemain Indonesia masih bercanda sambil memegang medali perunggu mereka.

Di balik canda itu, ada janji yang tak terucapkan: suatu hari nanti, mereka akan kembali, lebih siap, lebih kuat, dan akhirnya menembus Divisi A.

Kegagalan promosi tahun ini bukan akhir. Justru titik awal dari perjalanan panjang basket putri Indonesia. Sebab di balik kekecewaan, ada api semangat yang terus menyala — api

yang bisa membakar jalan menuju masa depan yang lebih cerah.

By Debora