Ketika sepak bola Asia Tenggara berbicara soal rivalitas, tak jarang yang muncul di benak adalah duel klasik tim nasional di Piala AFF.
Namun sejak beberapa musim terakhir, AFF mencoba membangun ekosistem baru: ASEAN Club Championship, yang kini hadir dengan label komersial Shopee Cup™ 2025/26.
Turnamen ini bukan sekadar kompetisi biasa. Ia adalah laboratorium ambisi, ruang pertemuan identitas sepak bola nasional,
dan panggung tempat klub-klub terbaik dari Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, hingga Myanmar, Laos, Filipina, dan Brunei beradu gengsi.
Edisi kali ini menjadi yang keempat sejak turnamen dihidupkan kembali. Dengan jadwal yang berlangsung dari Agustus 2025 hingga Mei 2026,
Shopee Cup™ mencoba mendekatkan cita-cita: menciptakan “Liga Champions versi ASEAN”.
Perjalanan Panjang Menuju Babak Grup
Tak semua klub bisa langsung masuk. Dua tiket harus diperebutkan lewat jalur play-off. Dari Brunei, Kasuka FC mencoba peruntungan melawan wakil Filipina,
DH Cebu FC. Sementara di jalur lain, Ezra FC (Laos) menghadapi Shan United (Myanmar).
Drama dua leg pun tercipta. Cebu menyingkirkan Kasuka dengan agregat 4–2, sementara Shan United terlalu tangguh untuk Ezra dengan kemenangan 3–1.
Kemenangan ini bukan sekadar tiket, tapi juga simbol bahwa sepak bola dari negara-negara non-tradisional masih punya napas panjang di kancah regional.
Undian di Bangkok dan Harapan Baru
Tanggal 4 Juli 2025, di sebuah hotel mewah Bangkok, atmosfer menegangkan terasa. Undian babak grup digelar dengan sorotan kamera, perwakilan klub, dan pejabat AFF.
Hasilnya membagi 14 tim ke dalam dua grup besar. Nama-nama mentereng hadir:
-
Buriram United, sang juara bertahan.
-
Công An Hà Nội, finalis musim lalu.
-
Johor Darul Ta’zim (JDT), raksasa Malaysia yang sudah terbiasa dengan panggung Asia.
-
Selangor FC, tim penuh tradisi.
-
Lion City Sailors dan Tampines Rovers dari Singapura.
-
Bangkok United dan BG Pathum United dari Thailand.
Sementara pendatang baru seperti Nam Định (Vietnam) atau DH Cebu (Filipina) siap menjadi kuda hitam.
Kisah di Babak Grup: Dari Hat-trick Hingga Kartu Merah
Shopee Cup™ selalu menjanjikan drama.
Di Grup A, laga besar langsung tersaji: BG Pathum United vs Buriram United. Pertandingan yang berakhir 2–2 ini menjadi etalase kualitas sepak bola Thailand—intensitas tinggi,
stadion penuh warna, dan gol-gol spektakuler.
Dari Vietnam, Công An Hà Nội menunjukkan mental juara. Mereka menaklukkan Cebu lewat gol menit akhir Jason Quang-Vinh Pendant.
Sorak sorai publik Hanoi menjadi bukti bagaimana klub ini membawa semangat nasional ke ajang regional.
Di Grup B, Johor Darul Ta’zim memperlihatkan kelas berbeda. Bérgson mencetak hat-trick saat JDT melumat Bangkok United 4–0.
Kemenangan ini mengirim pesan: Malaysia tidak hanya ingin berpartisipasi, mereka datang untuk mendominasi.
Drama juga datang dari Nam Định FC. Meski bermain dengan 10 orang setelah kartu merah, mereka tetap bisa menaklukkan PKR Svay Rieng 2–1.
Kisah heroik ini membuat Nam Định jadi buah bibir, bukti bahwa keberanian bisa mengalahkan keterbatasan.
Format yang Fleksibel, Tapi Kompetisi Tetap Ketat
Sejatinya, AFF merancang turnamen ini dengan babak perempat final. Namun, perubahan jumlah peserta memaksa format
dipangkas: hanya dua tim teratas dari tiap grup yang berhak melangkah ke semifinal.
Meski demikian, ketatnya persaingan justru membuat setiap pertandingan terasa seperti final. Tak ada ruang untuk sekadar “mengamankan poin”,
karena satu kekalahan bisa memutus mimpi.
Catatan Khusus: Absennya Indonesia
Ada satu cerita lain yang membayangi turnamen ini: ketiadaan wakil Indonesia. Klub-klub Liga 1 gagal mendaftarkan diri tepat waktu,
membuat bendera Merah Putih absen di level klub ASEAN musim ini.
Padahal, dengan basis suporter yang masif, kehadiran klub-klub Indonesia seperti Persija, Persib, atau Bali United bisa memberi daya tarik ekstra.
Absennya mereka menjadi pelajaran penting soal profesionalisme manajemen dan kesiapan administratif.
Menanti Fase Knockout
Dari babak grup, empat tim terbaik akan melaju ke semifinal. Semifinal dimainkan dengan sistem home & away, begitu pula final yang dijadwalkan pada 20 dan 27 Mei 2026.
Final dua leg inilah yang akan menentukan siapa yang menjadi raja ASEAN berikutnya. Selain trofi dan hadiah finansial,
sang juara mendapat tiket otomatis ke babak grup edisi 2026/27—sebuah keuntungan strategis untuk menjaga kontinuitas.
Lebih dari Sekadar Sepak Bola
Shopee Cup™ 2025/26 bukan hanya soal siapa yang juara. Turnamen ini adalah simbol:
-
Ekonomi: keterlibatan Shopee sebagai sponsor utama menunjukkan daya tarik pasar ASEAN.
-
Kultural: tiap laga menjadi pertemuan budaya, dengan stadion berubah jadi miniatur keberagaman Asia Tenggara.
-
Teknis: klub-klub mendapat kesempatan menguji diri sebelum menghadapi tantangan lebih besar di level AFC.
Dengan segala cerita dramatisnya—dari hat-trick spektakuler, gol menit akhir, hingga keberanian tim debutan—Shopee Cup™ perlahan menancapkan identitas sebagai ajang kebanggaan regional.
Seiring perjalanan musim, satu hal menjadi jelas: ASEAN kini punya panggung sendiri. Shopee Cup™ 2025/26 adalah bukti bahwa sepak bola di kawasan ini terus berkembang,
dengan gairah, rivalitas, dan cerita-cerita yang tak kalah menarik dari Eropa atau Amerika Latin.
Dan ketika wasit meniup peluit akhir final Mei mendatang, sejarah baru akan tercipta—bukan hanya untuk klub yang mengangkat trofi, tetapi juga untuk masa depan sepak bola Asia Tenggara.