AFC Awards 2025: Malaysia Cetak Sejarah, Indonesia Masih Menunggu Panggung

AFC Awards 2025 Malaysia Cetak Sejarah, Indonesia Masih Menunggu Panggung

Mata pecinta sepak bola Asia akan tertuju ke Riyadh, Arab Saudi. Di kota itu, Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) akan menggelar AFC Annual Awards 2025,

ajang prestisius yang bukan hanya memberi penghargaan, tetapi juga menandai siapa saja figur paling berpengaruh di sepak bola Asia setahun terakhir.

Di balik gemerlap gala dinner dan kilauan trofi emas, ada cerita-cerita menarik: tentang dominasi Qatar, tentang konsistensi Saudi,

dan yang paling mencuri perhatian—tentang Malaysia yang akhirnya punya wakil di nominasi tertinggi.

Tiga Nama di Panggung Utama

Kategori Pemain Terbaik Asia (AFC Player of the Year) selalu jadi sorotan utama. Tahun ini, tiga nama bersaing memperebutkan gelar bergengsi itu:

  • Akram Afif (Qatar) – pemain yang sudah dua kali menyabet penghargaan ini, simbol generasi emas Qatar, dan ikon keberhasilan proyek sepak bola negeri tersebut.

  • Salem Al-Dawsari (Arab Saudi) – veteran yang tak pernah kehilangan sinarnya, pahlawan timnas Saudi yang kerap tampil luar biasa di panggung internasional.

  • Arif Aiman Hanapi (Malaysia) – bintang muda Johor Darul Ta’zim (JDT) yang mencetak sejarah sebagai orang Malaysia pertama yang masuk nominasi Pemain Terbaik Asia.

Bagi Afif dan Al-Dawsari, panggung ini bukan hal baru. Tapi bagi Arif Aiman, inilah puncak karier yang bisa mengubah peta sepak bola Asia Tenggara.

Kisah Arif Aiman: Dari Johor ke Asia

Arif Aiman baru berusia 23 tahun, tapi prestasinya luar biasa. Ia jadi bintang di JDT, klub yang mendominasi Malaysia dan mulai diperhitungkan di Asia.

  • Musim lalu, ia mencetak lima gol di AFC Champions League Elite, mengantar JDT menembus babak 16 besar untuk pertama kalinya.

  • Ia juga meraih treble domestik bersama klubnya, menegaskan superioritas JDT di liga lokal.

  • Di level internasional, ia menjadi figur penting bagi timnas Malaysia dalam perburuan tiket menuju Piala Asia 2027.

Bagi publik Malaysia, namanya kini disejajarkan dengan legenda-legenda Asia Tenggara lain. “Ini bukan hanya nominasi untuk saya, tapi untuk seluruh sepak bola Malaysia,”

kata Arif dalam wawancara dengan media lokal.

Indonesia: Sorotan yang Hilang

Di sisi lain, publik Indonesia harus menerima kenyataan pahit: tidak ada satu pun pemain timnas Garuda yang masuk dalam nominasi Pemain Terbaik Asia 2025.

Padahal, dalam dua tahun terakhir, sepak bola Indonesia sedang naik daun. Timnas lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Liga 1 semakin kompetitif,

dan beberapa pemain keturunan mulai memperkuat skuad Garuda. Namun semua itu ternyata belum cukup untuk menembus daftar kandidat.

Ada beberapa faktor yang membuat Indonesia absen:

  1. Eksposur Terbatas di Kompetisi AFC
    Klub-klub Indonesia jarang melangkah jauh di Liga Champions Asia. Padahal, ajang ini jadi panggung utama scouting nominasi.

  2. Statistik Individu
    Kandidat seperti Arif Aiman tampil dengan gol dan assist signifikan. Sementara pemain Indonesia belum menunjukkan angka yang cukup menonjol di level Asia.

  3. Kualitas Liga Domestik
    Liga 1 memang ramai dan kompetitif di dalam negeri, tapi persepsi kualitasnya di mata AFC masih kalah dibanding J-League, K-League, atau bahkan Liga Malaysia yang diwakili JDT.

Reaksi Publik: Antara Kagum dan Iri

Di media sosial, warganet Malaysia merayakan pencapaian Arif. “Ini sejarah, kami akhirnya diakui di Asia,” tulis seorang fan JDT.

Sebaliknya, suporter Indonesia mempertanyakan ketiadaan wakil Garuda. “Kita punya pemain di Eropa, punya naturalisasi, tapi kenapa tidak ada nama?” keluh seorang pengguna X (Twitter).

Pengamat menilai, inilah momen evaluasi. “Indonesia memang sedang berkembang pesat, tapi untuk masuk nominasi, perlu konsistensi, performa di ajang elite,

dan pembuktian lebih besar di level internasional,” kata seorang analis sepak bola Asia.

Lebih dari Sekadar Trofi

AFC Awards bukan hanya soal siapa yang mengangkat piala. Lebih dari itu, ia menjadi barometer perkembangan sepak bola Asia. Fakta bahwa Malaysia kini punya wakil,

sementara Indonesia nihil, menunjukkan arah perkembangan dua negara yang sering disebut rival serumpun.

  • Malaysia: fokus membangun JDT sebagai klub super, dengan infrastruktur dan manajemen modern, kini berbuah pengakuan internasional.

  • Indonesia: punya basis suporter luar biasa dan skuad nasional yang makin kuat, tetapi perlu bukti lebih konkret di level klub Asia.

Menatap Masa Depan

Indonesia mungkin tak punya nama di AFC Awards 2025, tapi perjalanan belum berhenti. Beberapa pemain muda Indonesia kini mulai merantau ke Eropa,

sementara klub-klub Liga 1 berusaha lebih serius di kompetisi AFC.

Jika tren ini berlanjut, bukan mustahil di edisi mendatang, nama pemain Indonesia akan bersanding dengan Afif, Al-Dawsari, atau bahkan Arif Aiman.

Untuk saat ini, panggung Riyadh adalah milik Malaysia. Dan bagi Indonesia, absennya wakil di daftar nominasi bisa jadi cambuk motivasi untuk bekerja lebih keras — agar suatu hari nanti,

bukan hanya sebagai penonton, Garuda bisa terbang tinggi di gala sepak bola Asia.

By Debora