Aldila & Janice: Duet Baru, Harapan Baru dari Suzhou

Aldila & Janice Duet Baru, Harapan Baru dari Suzhou

Di kota Suzhou yang indah dengan kanal-kanal klasiknya, dua putri Indonesia menuliskan cerita baru. Aldila Sutjiadi dan Janice Tjen

melangkah mantap ke perempat final WTA 125 Suzhou, Senin (29/9). Mereka bukan sekadar menang 6–2, 6–4 atas Li Yu-yun / Elena Pridankina,

tetapi juga menunjukkan bahwa kombinasi generasi berbeda bisa menyatu dan memberi harapan segar bagi tenis Indonesia.

Awal Cerita: Perjalanan Dua Jalan yang Bertemu

Aldila Sutjiadi bukan nama asing. Ia sudah lama menjadi wajah utama tenis putri Indonesia di level internasional, terutama di nomor ganda.

Dari Piala Fed hingga tur WTA, pengalaman panjangnya adalah modal tak ternilai.

Di sisi lain, Janice Tjen lebih muda, masih dalam tahap membangun karier. Ia rajin mencoba peruntungan di kualifikasi tunggal, namun di Suzhou,

langkahnya kian diperhitungkan ketika dipasangkan dengan senior sekelas Aldila.

Kolaborasi keduanya sebenarnya lahir dari situasi spontan. Aldila baru saja tersingkir lebih awal di WTA 1000 Beijing, lalu memilih mencari peluang di turnamen lebih kecil,

WTA 125 Suzhou. Di sana, Janice sudah lebih dulu hadir. Alih-alih mencari pasangan dari luar negeri, mereka memutuskan untuk saling mengisi. Hasilnya? Chemistry cepat terbangun.

Pertandingan: Dari Break Point Jadi Kunci

Di lapangan, duet ini bermain dengan ketenangan dan kecerdasan taktik.

Set pertama berjalan relatif mulus. Mereka agresif sejak awal, mematahkan servis lawan, dan menutup set dengan skor 6–2 hanya dalam 27 menit.

Sinyal jelas bahwa kontrol permainan ada di tangan mereka.

Set kedua menjadi lebih menegangkan. Li/Pridankina sempat bangkit, memaksakan skor imbang 3–3. Namun di momen itulah Aldila dan Janice menunjukkan mental baja.

Alih-alih panik, mereka justru memanfaatkan peluang break berikutnya. Konsistensi servis, refleks cepat di depan net, dan komunikasi yang solid mengantar mereka menutup laga 6–4.

Statistik berbicara: dari tujuh break point yang mereka ciptakan, lima berhasil dikonversi. Angka itu menunjukkan efisiensi tinggi — bukti bahwa

mereka tahu kapan harus menyerang dan bagaimana mengunci momentum.

Dinamika di Balik Skor

Skor tenis sering terlihat kaku: 6–2, 6–4. Tapi di balik angka ada dinamika emosional:

  • Janice terlihat beberapa kali mengatupkan tangan di dada setelah poin penting, seolah meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia pantas ada di panggung sebesar ini.

  • Aldila lebih ekspresif: sering bertepuk tangan keras, memberi semangat, bahkan tersenyum tipis di antara reli panjang. Gestur itu menenangkan partner mudanya.

  • Publik tuan rumah yang awalnya condong mendukung pasangan lokal, mulai menghargai permainan rapi duo Indonesia, memberi tepuk tangan untuk reli panjang yang mereka menangkan.

Makna bagi Tenis Indonesia

Kemenangan ini bukan hanya tiket ke perempat final. Ia membawa pesan lebih besar:

  1. Duet lintas generasi
    Aldila yang berpengalaman dan Janice yang lapar pembuktian menciptakan kombinasi menarik. Ini bisa jadi blueprint bagi regenerasi tenis Indonesia di sektor ganda.

  2. Momentum kepercayaan diri
    Bagi Janice, kemenangan di level WTA 125 bersama senior adalah validasi bahwa ia siap menembus level lebih tinggi. Bagi Aldila, ini bukti fleksibilitas: ia bisa sukses meski dengan pasangan baru.

  3. Visibilitas di panggung internasional
    Setiap kemenangan di WTA adalah sorotan global. Nama Indonesia kembali terdengar, bukan hanya di Asia Tenggara, tetapi juga di Eropa dan Amerika yang mengamati tur ini.

Lawan Berikutnya & Jalan Panjang di Depan

Di perempat final, mereka akan menghadapi pemenang antara Varvara Lepchenko / Qianhui Tang atau Linda Fruhvirtova / Viktorija Golubic.

Nama-nama itu tidak main-main: ada pengalaman Grand Slam dan ranking tinggi.

Tantangan jelas akan lebih berat. Tapi modal kemenangan pertama ini memberi keyakinan. Mereka tahu: komunikasi yang cair, keyakinan saat break point,

dan keberanian di net bisa membawa kejutan lain.

Sebuah Cerita Tentang Percaya Diri

Yang menarik, kisah Aldila–Janice di Suzhou ini adalah tentang percaya diri. Aldila percaya pada bakat muda Janice untuk mengimbangi level internasional.

Janice percaya pada pengalaman Aldila sebagai jangkar emosional. Keduanya percaya bahwa meski baru berduet, mereka bisa mengalahkan pasangan asing dengan pola bermain matang.

Kepercayaan itu kini menghadirkan hasil: tiket ke perempat final.

Harapan yang Dibawa dari Suzhou

Di balik kanal-kanal Suzhou yang tenang, ada riuh kegembiraan kecil dari fans tenis Indonesia. Aldila Sutjiadi dan Janice Tjen baru saja memberi alasan untuk optimistis.

Perjalanan mereka mungkin baru sampai perempat final, tapi cerita ini sudah lebih besar dari sekadar hasil pertandingan. Ini tentang regenerasi,

tentang dua jalur karier yang bertemu di satu titik, dan tentang keyakinan bahwa tenis Indonesia masih bisa bersuara di kancah dunia.

Suzhou bisa jadi hanya awal. Jika chemistry ini terus diasah, siapa tahu: semifinal, final, bahkan gelar WTA mungkin menunggu di depan.

By Debora