Bali, September 2025 – Sorak sorai penonton pecah di kawasan Nusa Dua, Bali, ketika bola terakhir dari lawan gagal menyeberang net. Di tengah lapangan, dua pemain Indonesia saling berpelukan erat. Mereka adalah Christopher “Christo” Rungkat dan Muhammad Rifqi Fitriadi, pasangan ganda yang baru saja memastikan gelar juara di Amman Men’s World Tennis Championship Seri VII (ITF M25 Bali).
Bagi tenis Indonesia, kemenangan ini bukan sekadar catatan skor, melainkan momen simbolis: akhir dari puasa gelar di rumah sendiri, serta bukti bahwa kolaborasi lintas generasi bisa menjadi senjata baru.
Christo, Sang Mentor; Rifqi, Sang Harapan
Nama Christopher Rungkat sudah lama harum di dunia tenis Indonesia. Ia pernah menjuarai turnamen ATP 250 ganda pada 2019, membela Merah Putih di berbagai ajang Davis Cup, hingga mengoleksi medali di SEA Games. Christo adalah wajah senioritas dalam tenis putra nasional, sosok yang berpengalaman menembus kompetisi global.
Di sisi lain, Muhammad Rifqi Fitriadi adalah bintang muda. Lahir di Banjarmasin, Rifqi menjadi harapan baru setelah mengoleksi gelar tunggal dan ganda di level ITF, serta membanggakan Indonesia di ajang regional. Jika Christo adalah pengalaman, Rifqi adalah energi segar.
Ketika keduanya dipasangkan, banyak yang menyebutnya “eksperimen.” Namun kini eksperimen itu berubah menjadi formulasi juara.
Jalan Berliku Menuju Final
Perjalanan mereka di Bali tak selalu mudah. Meski bermain di kandang sendiri, tekanan justru lebih besar. Dukungan publik bisa menjadi energi positif, tetapi juga bisa berubah menjadi beban.
Namun dari babak awal, Christo dan Rifqi memperlihatkan chemistry yang terjaga: komunikasi singkat, saling melengkapi di baseline dan net, serta fleksibilitas strategi. Mereka menyingkirkan beberapa pasangan asing dengan pola permainan agresif, sebelum akhirnya melaju ke partai final menghadapi duet tangguh: Mitsuki Wei Kang Leong (Malaysia) dan Koki Matsuda (Jepang), pasangan unggulan keempat turnamen.
Final Sarat Drama
Partai puncak berlangsung penuh drama, bagaikan roller coaster emosi bagi para penonton.
-
Set Pertama: Christo/Rifqi tampil sempurna. Agresif di depan net, solid di baseline, dan minim kesalahan. Lawan nyaris tak punya ruang untuk berkembang. Skor 6-0 seolah menegaskan dominasi tuan rumah.
-
Set Kedua: Momentum berubah drastis. Leong/Matsuda bangkit, menekan lewat servis keras dan memanfaatkan celah di sisi Rifqi. Skor 2-6 membuat laga harus ditentukan lewat supertiebreak.
-
Supertiebreak: Inilah momen krusial. Christo/Rifqi unggul jauh 9-4, namun lawan menolak menyerah dan mengejar hingga 9-7. Dengan ketenangan, Christo mengatur ritme, Rifqi menutup di net, dan akhirnya skor 10-7 memastikan gelar juara untuk Indonesia.
Stadion pun bergemuruh. Sorakan “Indonesia! Indonesia!” menggema, seakan merayakan kemenangan yang sudah lama dinanti.
Lebih dari Sekadar Gelar
Kemenangan ini memiliki arti yang melampaui sekadar piala dan hadiah uang tunai:
-
Mengakhiri Penantian – Indonesia akhirnya kembali merasakan gelar juara di level ITF M25 Bali, setelah beberapa seri sebelumnya selalu dikuasai pasangan asing.
-
Chemistry Lintas Generasi – Christo menjadi mentor di lapangan, menenangkan Rifqi saat tertekan. Sementara Rifqi menghadirkan agresivitas dan kecepatan yang melengkapi pengalaman Christo.
-
Peluang ke Depan – Dengan tambahan 25 poin ITF dan hadiah USD 1.782, mereka kini semakin percaya diri menatap turnamen internasional berikutnya. Lebih jauh, pasangan ini disebut-sebut bisa menjadi andalan Indonesia di multi-event seperti SEA Games atau Asian Games.
Reaksi & Harapan
Rifqi, dengan senyum lebar, mengungkapkan rasa bangganya:
“Juara di tanah sendiri itu terasa spesial. Dukungan penonton Indonesia memberi energi ekstra. Semoga ini bisa jadi awal dari lebih banyak gelar untuk kami.”
Christo menambahkan dengan nada penuh refleksi:
“Kemenangan ini membuktikan bahwa dengan kerja sama dan fokus, kita bisa bersaing di level internasional. Saya senang bisa berbagi pengalaman dengan Rifqi, dan saya percaya dia punya masa depan cerah.”