Suzhou, Tiongkok — Di antara gemuruh sorak penonton dan kilauan lampu sorot di lapangan tenis, sebuah perjalanan apik tengah ditulis oleh dua wakil Indonesia,
Aldila Sutjiadi dan Janice Tjen. Dalam duel babak 16 besar turnamen WTA 125 Suzhou, mereka tak sekadar menang — mereka melangkah dengan percaya diri,
membangun momentum yang bisa jadi akan menjadi titik balik dalam karier ganda mereka.
Awal Kisah: Mitra yang “Disusun Ulang”
Langkah Aldila dan Janice di turnamen ini bukanlah rencana dari jauh hari. Aldila semula berpasangan dengan Irina Khromacheva di turnamen besar seperti China Open,
namun tandem itu kandas di babak pertama. Keputusan cepat kemudian dibuat: Aldila memilih menggandeng Janice Tjen untuk berkompetisi di Suzhou.
Di sisi Janice, perjalanan menuju main draw pun tak mudah. Ia harus melalui babak kualifikasi, menyingkirkan lawannya seperti Kyoka Okamura lewat skor tie-break dan straight set,
sebelum akhirnya memperoleh tiket ke babak utama. Dengan status pasangan “baru”, mereka menghadapi tantangan chemistry, pemahaman pola, dan penyesuaian strategi dalam waktu singkat.
Namun, ambisi dan kesiapan mental mereka tampak lebih kuat dari rintangan-rintangan awal.
Duel 16 Besar: Menjenamakan Kontrol dan Keteguhan
Pada babak 16 besar, Aldila/Janice bertemu Li Yu-yun / Elena Pridankina, pasangan dari Taiwan, yang di luar prediksi sempat memberi tekanan. Namun, sepanjang pertandingan,
Aldila/Janice berhasil mempertahankan dominasi mereka.
Set Pertama: Membuka Pintu dengan Dominasi
Mereka membuka set pertama dengan agresif: unggul cepat 2–0, kemudian 3–1, lalu 4–2. Selama 27 menit, mereka menutup set itu dengan skor 6–2.
Kunci keberhasilan mereka dalam set ini adalah konsistensi servis dan kontrol rally awal, yang memaksa lawan mengambil beban memaksa turun poin.
Set Kedua: Lawan Bangkit, Tapi Tekanan Tak Surut
Di set kedua, Li/Pridankina tampak mencoba bangkit. Mereka sempat memecah service Aldila/Janice hingga skor imbang 3–3.
Namun sang tandem Indonesia segera mematahkan momentum itu, merebut keunggulan 4–3, dan menutup set dengan 6–4 setelah total durasi sekitar 1 jam 5 menit.
Meskipun lawan menunjukkan semangat perlawanan, pola konsisten, pemilihan saat menyerang dan bertahan,
serta kontrol mental di momen krusial membantu Aldila/Janice menjaga jarak dan menyudahi pertandingan dalam dua set langsung.
Lebih dari Sekadar Kemenangan: Arti di Balik Angka
Kemenangan ini bukan sekadar angka yang tercatat di papan skor — ia berisi makna dan kesempatan ke depan:
-
Validasi chemistry: Pasangan baru sering diragukan soal kecocokan. Tetapi Aldila/Janice menunjukkan bahwa komunikasi dan strategi bisa dibangun cepat jika sama-sama berkomitmen.
-
Rasa percaya diri: Menang dengan relatif nyaman memberikan angin positif untuk langkah selanjutnya di perempat final dan seterusnya.
-
Momentum karier ganda: Untuk Janice khususnya, ini adalah panggung besar untuk membuktikan bahwa ia bisa bersaing di level WTA, bukan hanya di turnamen ITF.
-
Penguatan mental: Lawan yang sempat bangkit di set kedua menunjukkan bahwa tekanan akan datang. Cara mereka meredam itu adalah cerminan kesiapan psikologis.
Menatap Perempat Final: Siapa Lawannya, dan Harapan ke Depan
Langkah mereka ke perempat final akan ditantang oleh pemenang laga antara Varvara Lepchenko / Tang Qianhui versus Linda Fruhvirtova / Viktorija Golubic.
Bagi Janice, di saat yang sama, jantung aspirasi tunggalnya juga berdetak: ia akan bertanding di nomor tunggal melawan Lepchenko di babak 32 besar.
Publik tenis Indonesia kini semakin menaruh harap bahwa kombinasi antisipatif antara pemain berpengalaman (Aldila) dan pemain muda
berbakat (Janice) bisa menjadi formasi yang lebih sering muncul dan menjanjikan.
Epilog: Awal Babak Baru
Ketika langit Suzhou mulai meredup dan lampu-lampu reflektor berpijar di atas lapangan, Aldila dan Janice melangkah dari garis belakang menuju lorong pemain.
Wajah mereka memancarkan kelegaan, tapi bukan kepuasan munafik — langkah ke perempat final adalah awal, bukan akhir.
Malam itu, di tengah sorak-suara stadion, Indonesia punya alasan untuk tersenyum. Aldila dan Janice telah membuktikan satu fakta: bahwa dalam dunia tenis profesional,
usaha, keberanian, dan sinergi bisa menyulap keraguan menjadi peluang. Langkah berikutnya—di perempat final—akan menanti untuk diuji kembali.