José Mourinho Kembali ke Benfica: Pulang ke Rumah, Menantang Takdir

José Mourinho Kembali ke Benfica: Pulang ke Rumah, Menantang Takdir

Ada sesuatu yang simbolis ketika seorang pelatih legendaris menutup lingkaran perjalanan

panjangnya. Setelah seperempat abad berkelana ke berbagai penjuru Eropa, memenangkan liga di empat negara

berbeda, serta mengangkat trofi Liga Champions dengan dua klub, José Mourinho akhirnya kembali ke tempat ia

pertama kali diberi kepercayaan sebagai pelatih kepala: SL Benfica.

Pada 18 September 2025, klub raksasa Portugal itu resmi mengumumkan bahwa Mourinho akan menukangi

tim utama, menandatangani kontrak dua tahun hingga 2027—dengan klausul khusus yang memungkinkan perpisahan

dini setelah musim pertamanya. Kabar ini disambut gegap gempita oleh publik Lisbon. Banyak yang menyebutnya

bukan sekadar perekrutan, melainkan sebuah homecoming penuh makna.

Dari Awal yang Singkat ke Puncak Dunia

Kisah Mourinho bersama Benfica bermula pada 2000. Ia hanya memimpin tim selama sembilan pertandingan

sebelum meninggalkan Estádio da Luz. Kala itu, ia masih dianggap pelatih muda dengan visi besar tapi tanpa reputasi mentereng.

Dua dekade kemudian, julukan “The Special One” sudah melekat kuat. Ia telah membawa Porto meraih kejayaan Eropa,

membangun Inter Milan ke puncak treble 2010, mengembalikan Chelsea ke jalur juara, serta mengisi lemari trofi Real Madrid,

Manchester United, hingga AS Roma.

Kini, di usia 62 tahun, ia kembali ke Benfica dengan beban dan cerita yang jauh berbeda.

“Saya datang sebagai orang yang lebih matang, lebih altruistik. Ini bukan lagi tentang saya, tapi tentang Benfica,” ujarnya dalam konferensi pers perdananya.

Krisis yang Membuka Jalan

Kembalinya Mourinho tidak terjadi dalam ruang hampa. Benfica sedang goyah. Kekalahan mengejutkan 2-3 dari Qarabag di kandang sendiri pada laga pembuka fase grup Liga Champions membuat kursi pelatih Bruno Lage panas. Padahal, Benfica sempat unggul dua gol lebih dulu.

Kekecewaan fans memuncak, manajemen bergerak cepat. Di tengah gejolak itu, Mourinho—yang baru saja berpisah dari Fenerbahçe setelah kalah dari Benfica di play-off Liga Champions—menjadi nama yang sempurna untuk menyelamatkan situasi.

Ada semacam takdir yang mempertemukan kembali Mourinho dan Benfica. Dari kegagalan Fenerbahçe hingga krisis internal Benfica, jalannya seperti dipersiapkan untuk sebuah reuni besar.

Misi, Filosofi, dan Perubahan Diri

Mourinho menyebut kembalinya ini sebagai sebuah misi pribadi. Ia berjanji akan “hidup untuk Benfica, untuk misi saya.

” Kalimat itu bukan sekadar retorika: Mourinho sadar bahwa reputasinya kini dipertaruhkan.

Selama ini ia dikenal dengan gaya defensif pragmatis, penuh intrik media, dan karakter besar yang kadang menimbulkan konflik.

Namun, ia menegaskan bahwa versinya yang sekarang lebih rendah hati dan lebih berorientasi tim.

“Saya bukan lagi orang yang sama seperti 20 tahun lalu. Saat itu, saya terlalu egois. Sekarang saya lebih mendengar,

lebih bekerja untuk orang lain,” katanya.

Apakah itu berarti kita akan melihat “Mourinho baru”? Ataukah mentalitas kompetitifnya tetap sama,

hanya dibalut dengan citra lebih tenang? Pertanyaan ini menjadi daya tarik utama di musim mendatang.

Tantangan Berat di Depan

Benfica bukanlah klub yang sabar menunggu. Tekanan datang dari berbagai sisi:

  1. Liga Domestik yang Ketat
    Porto dan Sporting CP selalu menjadi pesaing utama. Benfica saat ini tertahan di papan tengah,
    tertinggal dari rival. Mourinho dituntut mengembalikan dominasi secepat mungkin.

  2. Ujian di Liga Champions
    Benfica berada di grup yang rumit. Laga melawan Chelsea pada 30 September dan Real Madrid pada
    Januari mendatang akan menjadi ujian berat sekaligus panggung emosional bagi Mourinho—melawan klub-klub yang pernah dibelanya.

  3. Ekspektasi Publik
    Fans Benfica lapar gelar. Mereka ingin melihat trofi, bukan sekadar cerita nostalgia. Setiap langkah
    Mourinho akan ditimbang dengan standar tinggi.

  4. Kontrak Bernuansa Ujian
    Klausul “opsi keluar” setelah musim pertama adalah sinyal bahwa kesabaran manajemen terbatas.
    Mourinho harus membuktikan diri dengan cepat.

Harapan dan Magnet Besar

Meski penuh tantangan, perekrutan ini juga membawa optimisme:

  • Mentalitas Juara: Mourinho dikenal mampu mengubah mentalitas tim. Ia bisa menanamkan rasa percaya diri yang kerap menjadi pembeda.

  • Aura Global: Kedatangan Mourinho membuat Benfica kembali jadi sorotan dunia.
    Klub Portugal ini kini masuk radar internasional, baik dari sisi media maupun komersial.

  • Sebuah Lingkaran yang Lengkap: Narasi “kembali ke rumah” menghadirkan romantisme tersendiri.
    Fans merasakan emosi, seolah takdir akhirnya memberi kesempatan kedua.

By Debora