Malam itu, selepas kemenangan meyakinkan 77–52 atas Uzbekistan, ruang ganti Timnas Basket Putri U-16 Indonesia dipenuhi senyum, tawa, dan pelukan. Namun, di balik euforia lolos semifinal FIBA U-16 Women’s Asia Cup 2025 Division B, ada kesadaran bersama: pekerjaan belum selesai. Tantangan yang lebih berat menunggu — India, raksasa Asia dengan postur menjulang dan catatan tak terkalahkan.
Alih-alih larut dalam pesta kecil, pelatih Marlina Herawan segera mengingatkan anak-anak asuhnya: “Kita rayakan secukupnya. Besok, waktunya kembali fokus. Lawan kita berikutnya bukan tim biasa.”
Istirahat: Senjata Tersembunyi
Di turnamen dengan jadwal padat, stamina menjadi harta yang paling berharga. Setelah tiga laga penyisihan dan satu pertandingan kualifikasi semifinal, otot-otot remaja ini jelas butuh pemulihan.
“Kalau fisik habis, strategi sehebat apa pun tidak akan jalan,” kata Marlina.
Pemulihan menjadi prioritas utama. Tim medis menyiapkan ice bath untuk meredakan pegal otot, sementara fisioterapis bekerja ekstra memastikan tidak ada cedera tersembunyi. Latihan keesokan harinya dibuat ringan: peregangan, latihan shooting dengan tempo santai, dan simulasi transisi offense.
Di ruang makan hotel, menu bergizi tersaji: daging tanpa lemak, sayuran hijau, buah segar, hingga susu rendah lemak. Para pemain diarahkan menjaga pola makan ketat, menjauhi gorengan atau camilan manis yang bisa mengganggu metabolisme. “Anak-anak masih suka jajanan, tapi di sini mereka belajar disiplin gizi,” ujar salah satu staf tim sambil tersenyum.
Menyusun Rencana Menghadapi Kelebihan Fisik India
Semua paham, India bukan Uzbekistan. Tim lawan punya pemain-pemain berpostur tinggi, kuat, dan terbiasa bermain keras di area bawah ring. Statistik fase grup menunjukkan dominasi India dalam rebound dan second-chance points.
“Kami sadar tidak bisa mengimbangi tinggi badan mereka. Jadi kami harus bermain lebih cepat, lebih cerdas,” tegas Marlina.
Itulah kenapa latihan taktik difokuskan pada dua hal:
-
Pertahanan rapat dan agresif di perimeter. Pemain diminta menutup jalur passing dan memaksa India melepaskan tembakan sulit dari luar, bukan membiarkan mereka nyaman di paint area.
-
Serangan cepat dengan transisi offense. Begitu bola direbut, Indonesia harus segera berlari. Speed dan kelincahan jadi senjata utama, terutama untuk pemain seperti Inez Angelina Welly, yang punya stamina prima dan insting tajam.
Selain itu, eksekusi tembakan jarak menengah dan tiga angka diharapkan bisa memecah konsentrasi pertahanan India yang biasanya menumpuk di bawah ring.
Suasana Tim: Antara Tegang dan Percaya Diri
Di sela-sela latihan ringan, suasana tim terasa unik: campuran antara ketegangan dan kepercayaan diri. Para pemain muda ini masih remaja, beberapa bahkan baru pertama kali keluar negeri untuk turnamen internasional. Namun, sorot mata mereka penuh semangat.
“Deg-degan sih, lawannya tinggi-tinggi banget. Tapi justru bikin penasaran, apakah kita bisa kasih kejutan?” kata Joanne Giovanni sambil tertawa kecil.
Pelatih Marlina tahu, menjaga mental anak-anak sama pentingnya dengan strategi. Ia sering mengumpulkan tim dalam lingkaran, lalu memberi motivasi sederhana: “Ingat, mereka juga manusia. Hormati lawan, tapi jangan pernah takut. Kita datang ke sini untuk bersaing, bukan sekadar hadir.”
Pertarungan Kunci: Siapa Lawan Siapa?
Laga semifinal nanti bisa ditentukan oleh beberapa duel kunci:
-
Inez Angelina Welly vs Forward India. Inez yang eksplosif harus berhadapan dengan lawan yang lebih tinggi. Kecepatan kakinya akan jadi pembeda.
-
Joanne Giovanni di luar garis tiga angka. Akurasinya bisa membuka ruang ketika India menumpuk pemain di bawah ring.
-
Rebound battle. Meski lebih pendek, Indonesia harus disiplin dalam box out agar tidak terus-menerus memberi India peluang kedua.
Jika duel-duel itu bisa dimenangkan, peluang Indonesia menciptakan kejutan terbuka lebar.
Lebih Dari Sekadar Semifinal
Di balik semua strategi, ada taruhan besar: promosi ke Divisi A. Bagi basket putri Indonesia, itu bukan hanya soal gengsi, tapi juga kesempatan berharga untuk mengasah pemain muda melawan tim elit Asia seperti Jepang, China, dan Australia.
“Anak-anak mungkin belum menyadari betapa pentingnya ini. Tapi bagi masa depan basket Indonesia, promosi ke Divisi A akan jadi lompatan besar,” ujar Marlina dengan mata berbinar.
Harapan dan Doa
Menjelang hari pertandingan, suasana tim lebih banyak diwarnai doa dan harapan. Para pemain menuliskan motivasi kecil di buku catatan masing-masing: “Berjuang sampai akhir”, “Jangan takut, percaya diri”.
Bagi mereka, semifinal melawan India adalah lebih dari sekadar pertandingan basket. Ini tentang membuktikan diri, tentang mimpi yang mereka bawa dari lapangan sekolah hingga ke panggung Asia.
Apapun hasilnya nanti, satu hal sudah pasti: generasi muda basket putri Indonesia telah menunjukkan semangat, keberanian, dan potensi besar.