Tenis di Ujung Negeri: Karimun Menyapa Petenis Luar

Tenis di Ujung Negeri: Karimun Menyapa Petenis Luar

Karimun, sebuah kabupaten di Kepulauan Riau yang lebih dikenal sebagai jalur pelabuhan dan industri maritim,

pagi itu berubah wajah. Di kompleks lapangan tenis setempat, spanduk besar berwarna hijau putih

terbentang: “Turnamen Tenis Karimun 2025”. Bau cat lapangan yang baru diperbarui bercampur aroma laut yang khas.

Tepuk tangan dan sorak-sorai menyambut ketika Bupati Karimun, Iskandarsyah,

melangkah ke tengah lapangan dengan raket di tangan. Dengan pukulan simbolik ke arah baseline, turnamen resmi dibuka.

Momen itu bukan sekadar pembukaan acara olahraga. Di baliknya ada upaya serius untuk membangun

citra Karimun sebagai daerah yang tak hanya punya potensi ekonomi, tetapi juga budaya olahraga yang hidup.

Yang lebih menarik, turnamen tahun ini diikuti bukan hanya petenis lokal, tetapi juga petenis dari

luar Karimun — sebuah langkah yang memberi dimensi baru pada kompetisi.

Panggung Baru untuk Tenis Karimun

Turnamen ini digagas oleh pengurus cabang olahraga tenis di Karimun bersama pemerintah daerah.

Targetnya jelas: menjadikan tenis sebagai olahraga populer di kalangan masyarakat dan wadah pembinaan atlet muda.

“Kita ingin olahraga ini punya rumah yang layak di Karimun,” kata seorang panitia sambil mengatur jadwal pertandingan.

“Dan dengan mendatangkan peserta dari luar, kita belajar dan bersaing di level yang lebih tinggi.”

Dari papan pengumuman terlihat daftar peserta: atlet dari Batam, Tanjungpinang, bahkan ada yang datang dari Pekanbaru dan Jambi.

Mereka datang dengan kapal ferry, membawa tas raket, sepatu, dan mimpi kecil untuk menjuarai turnamen yang sedang naik pamor ini.

Suasana Pembukaan: Lebih dari Seremoni

Pembukaan berlangsung meriah. Anak-anak sekolah berbaris membawa bendera mini,

musik tradisional Melayu mengalun sebagai pengiring. Bupati Iskandarsyah,

yang tampil dengan kemeja putih santai dan topi olahraga, dalam sambutannya menyampaikan

bahwa turnamen ini diharapkan menjadi ajang mempererat silaturahmi antar daerah sekaligus meningkatkan prestasi atlet.

“Kita bukan hanya menjadi tuan rumah, kita juga ingin belajar dari atlet-atlet luar yang datang.
Semoga ini menjadi pemicu semangat anak-anak Karimun untuk mencintai tenis,” ujarnya disambut tepuk tangan.

Setelah itu, Bupati melakukan pukulan pertama ke arah seorang petenis junior lokal — simbol dimulainya pertandingan.

Kamera wartawan lokal dan ponsel para penonton serentak mengabadikan momen.

Petenis Luar: Warna Baru di Lapangan Hijau

Kehadiran petenis luar Karimun menjadi daya tarik tersendiri. Ada Rizky, pemain muda dari Batam

yang pernah juara di ajang antar klub Kepri. Ada juga Aulia, petenis putri dari Pekanbaru yang baru berusia 17 tahun

namun sudah mengoleksi beberapa gelar junior. Mereka bukan hanya membawa kualitas permainan,

tetapi juga semangat kompetisi dan persahabatan.

“Senang bisa main di sini. Lapangannya bagus, suasananya berbeda dengan kota besar,” kata Rizky usai latihan ringan.

Aulia menambahkan, “Turnamen ini jadi pengalaman baru. Kita bisa mengukur kemampuan kita dengan pemain dari daerah lain.”

Bagi pemain lokal, kehadiran atlet luar menjadi tantangan sekaligus peluang.

“Kami jadi tahu standar permainan mereka, dan itu memacu kami untuk latihan lebih keras,” ujar Siti,

salah satu peserta lokal yang masih SMA.

Dampak Sosial & Ekonomi

Turnamen ini juga memberi efek domino bagi masyarakat. Warung-warung di sekitar lapangan ramai pengunjung.

Hotel dan penginapan sederhana penuh dipesan peserta dan pendukung. “Alhamdulillah, ramai.

Ada rezeki lebih dari tamu turnamen,” kata Ibu Ani, pemilik kedai kopi tak jauh dari lokasi.

Bagi panitia, ini bukti bahwa olahraga bisa menjadi penggerak ekonomi kecil. “Kalau event ini sukses,

tahun depan kita bisa adakan lebih besar lagi,” kata Ketua Panitia.

Harapan ke Depan: Dari Turnamen ke Tradisi

Di sela-sela pertandingan babak awal, para pelatih dan pengurus daerah berdiskusi.

Mereka membayangkan turnamen ini sebagai cikal bakal event tahunan berskala regional.

“Kalau kita konsisten, ini bisa jadi agenda tetap yang ditunggu-tunggu,” ujar salah satu pengurus tenis Kepri.

Bupati sendiri dalam pidato penutupnya menegaskan kembali dukungan pemerintah: pembangunan lapangan baru,

bantuan peralatan untuk klub-klub, dan program pelatihan atlet muda. “Tenis Karimun harus punya identitas sendiri.

Kita ingin melahirkan juara dari sini,” katanya.

Semangat di Lapangan Pinggir Laut

Sore itu, ketika matahari mulai turun di balik pelabuhan, pertandingan babak pertama berlangsung sengit.

Suara bola tenis yang memantul berpadu dengan teriakan penyemangat suporter. Di tribun,

anak-anak sekolah bertepuk tangan setiap kali petenis lokal meraih poin. Ada atmosfer yang jarang terlihat

sebelumnya: Karimun menjadi pusat perhatian pecinta tenis, walau hanya untuk beberapa hari.

Turnamen Tenis Karimun 2025 ini adalah contoh nyata bahwa olahraga bisa tumbuh dari pinggir negeri,

asal ada dukungan, semangat, dan ruang bertanding. Dengan dibuka resmi oleh Bupati dan diikuti petenis luar,

Karimun kini bukan hanya nama di peta maritim, tetapi juga titik kecil yang bersinar di peta tenis Indonesia.

By Debora